Mengapa manusia butuh agama? adalah suatu pertanyaan
yang tidak mudah untuk dijawab. Namun, kita melihat potensi-potensi yang
dimiliki manusia, maka kita akan menemukan beberapa jawaban terhadp pertanyaan
tersebut, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Manusia sebagai makhluk Allah memiliki banyak
kelebihan dibanding dengan makhluk yang yang lain; tetapi dibalik kelebihan
yang banyak itu, manusia juga tidak
luput dari banyak kekurangan, kelemahan dan kemampuan yang terbatas. Manusia
terbatas pada alam sekitarnya, warisan keturunan dan latar belakang
kebudayannya/hidupnya,; yang menyebabkan adanya perbedaan pandangan dalam
menghadapi suatu masalah, bahkan seringkali bertentangan antara satu dengan
yang lainnya.
Pandangan yang simpang siur tersebut
(subyektif) tidak akan dapat menimbulkan keyakinan atas kebenaran, tetapi
senantiasa diliputi oleh kabut keragu-raguan (dzanny), sehingga manusia
senantiasa gagal dalam menentukan kebenaran secara mutlak, ia tidak sanggup
menentukan kebaikan dan keburukan (haq dan batil), ia tidak dapat menentukan
nilai-nilai semua hal yang demikian itu adalah di luar bidang ilmu pengetahuan
manusia.
Untuk mengatasi ataupun memberikan solusi
terhadap kegagalan manusia sebagai akibat dari kelemahannya, itu maka
diperlukan agama/wahyu yang berasal dari luar manusia, yakni Allah swt. melalui
para Nabi dan Rasul-Nya. Hal ini dapat terjadi karena Allah swt. adalah Maha Sempurna,
sehingga wahyu yang diturunkan-Nya merupakan kebenaran mutlak dan bersifat
universal yang tak perlu diragukan lagi, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah (2) : 147
الْحَقُّ مِنْ
رَبِّكَ فَلاَ تَكُونَنَّ مِنْ الْمُمْتَرِينَ
Kebenaran itu
adalah berasal dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu meragukannya.
2. Dalam diri manusia terhadap hawa nafsu, yang
senantiasa mengajak manusia kepada kejahatan, apalagi kalau hawa nafsu tersebut
sudah dipengaruhi oleh syaitan/iblis yang senantiasa menyesatkan manusia dari
jalan yang benar. Jika manusia dapat mengalahkan pengaruh hawa nafsu dan
syaitan tersebut, maka ia akan lebih tinggi derajatnya daripada malaikat;
tetapi, jika ia mengikuti ajakan hawa nafsunya dan syaitan tersebut, maka ia
akan turun derajatnya lebih rendah daripada binatang.
Untuk mengatasi pengaruh hawa nafsu dan
syaitan itu, manusia harus memakai senjata agama (iman), karena hanya agama (imanlah)
yang dapat mengatasi dan mengendalikan hawa nafsu dan syaitan/iblis itu; sebab
agama merupakan sumber moral dan akhlak dalam Islam. Itulah sebabnya, missi
utama manusia, sebagaimana hadits beliau yang menyatakan: Hanya saja aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Melawan hawa nafsu dan syaitan adalah
jihad akbar, sebagaimana dikatakan oleh Nabi saw. sewaktu kembali dari perang
Badar: Kita kembali dari jihad (perang) yang paling kecil menuju jihad yang
paling besar, para sahabat bertanya: adakah perang yang lebih besar dari perang
ini ya Rasulullah? Nabi menjawaab : ada, yakni melawan hawa nafsu.
Di samping itu, ada hadits lain yang
mengatakan: Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga hawa nafsunya
semata-mata mengikuti agama Islam yang kaubawa.
3. Manusia dengan akalnya semata, tidak mampu
mengetahui alam metafisika, alam akhirat yang merupakan alam gaib, dan berada
di luar jangkauan akal manusia,
sebagaimana firmana Allah dalam Q.S. al-Nahl (27) : 65,
وَاللَّهُ أَنزَلَ مِنْ
السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ اْلأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَلِكَ
لآيَةً لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
Menurut Ibnu Khaldun dalam Mukaddimahnya,
bahwa akal manusia mempunyai batas-batas kemampuan tertentu, sehingga tidak
boleh melampaui batas dan wewenangnya. Oleh karena itu, banyak masalah yang
tidak mampu dipecahkan oleh akal manusia, terutama masalah alam gaib; dan di
sinilah perlunya agama/wahyu untuk meberikan jawaban terhadap segala masalah
gaib yang berada di luar jangkauan akal manusia. Di sinilah letak kebutuhan
manusia untuk mendapat bimbingan agama/wahyu, sehingga mampu mengatasi segala
persoalan hidupnya dengan baik dan menyakinkan.
4. Para
sainstis yang terlalu mendewakan ilmu pengetahuan -- khususnya di Barat telah
banyak yang kehilangan idealisme sebagai tujuan hidupnya. Mereka dihinggapi
penyakit risau gelisah, hidupnya hambar dan hampa, karena dengan pengetahuan
semata, mereka tidak mampu memenuhi hajat hidupnya; sebab dengan bekal ilmu
pengetahuannya itu, tempat berpijaknya
makin kabur, karena kebenaran yang diperolehnya relatif dan temporer, sehingga
rohaninya makin gersang, sebagaimana bumi ditimpa kemarau, sehingga membutuhkan
siraman yang dapat menyejukkan. Di sinilah perlunya agama untuk memenuhi hajat
rohani manusia, agar ia tidak risau dan gelisah dalam menghadapi segala
persoalan hidup ini.
5. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
banyak memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia. Namun,
dibalik semuanya itu, kemajuan ilmu pengetahuann dan tekhnologi pula yang
banyak menimbulkan kecemasan dan ancaman keselamatan bagi umat manusia.
Berbagai konflik yang maha dahsyat terjadi diberbagai belahan dunia dewasa ini
merupakan dampak negatif dari pada kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
itu, dengan ilmu dan tekhnologi, manusia memproduksi senjata, namun dengan
senjata itu pula manusia banyak menjadi
korban. Di sinilah perlunya agama, karena hanya agama (iman) lah yang dapat mencegah agar ilmu dan tekhnologi
tersebut tidak berubah menjadi senjata makan tuan/pagar makan tanaman. Agamalah
yang mampu menjinakkan hati manusia yang
sesat, untuk berbuat baik kepada diri sendiri dan kepada orang lain.
Jadi,
ilmu dan agama harus bergandengan tangan, akal dan wahyu mesti sejalan, keduanya
merupakan anugerah Allah untuk manusia
karena itu Nabi saw. menyatakan : bahwa ilmu itu adalah jiwa dan
tiangnya agama Islam.
Barang siapa menghendaki dunia, maka hendaklah ia
berilmu pengetahuan, dan barang siapa menghendaki akhirat, maka hendaklah ia
berilmu pengetahuan, dan barang siapa menghendaki keduanya maka hendaklah ia
berilmu pengetahuan.
Hadis
tersebut terlihat betapa pentingnya ilmu pengetahuan dan agama itu untuk
kehidupan manusia; karena itu Allah berjanji untuk mengangkat derajat orang –
orang yang beriman dan sekaligus berilmu pengetahuan, sebagaimana firman Allah
dalam Q.S. al-Mujadalah (38) : 11:
... يَرْفَعْ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ...
Terjemahnya
:
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat ……
Dalam surah Fathir (35) : 28,
ditegaskan oleh Allah bahwa : hanya saja yang akan takut kepada Allah di antara
hambanya ialah hamba-Nya yang beriman dan berilmu pengetahuan.
Karena itu, agama
dan ilmu pengetahuan merupakan kebutuhan
primer setiap manusia. Ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan intelek /akal
manusia, sedang agama untuk memenuhi kebutuhan jiwa /hati manusia. Jika kebutuhan akal dan jiwa itu
terpenuhi secara seimbang, maka akan terwujudlah manusia yang utuh, yaitu manusia yang
mempunyai keseimbangan antara kepentingan jasmani dan rohani, dunia dan
akhirat, sebagaimana tercantum dalam tujuan dan hakekat pembangunan Nasional
Indonesia.
(dari berbagai sumber)