Apakah ada stratfikasi sosial
dalam Islam, apakah manusia berbeda di hadapan Allah? Pertanyaan ini sering kita dengan di kalangan umat Islam bahkan kadang
juga dipertnyaakan oleh umat di luar Islam.
Ajaran Islam mengajarkan kepada
kita melalui ayat-ayatnya bahwa semua manusia diciptakan setara di hadapan
Allah SWT, tanpa memandang ras, suku, atau status sosial. Hal ini ditegaskan
dalam Al-Qur'an, Surah Al-Hujurat ayat 13:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى
وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ
اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ
خَبِيْرٌ
Wahai manusia!
Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.
Ayat di atas menjelaskan dan menegaskan
bahwa Wahai seluruh umat manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian
dari satu ayah, yakni Adam, dan satu ibu, yakni Hawa. Oleh karena itu,
janganlah merasa lebih unggul satu sama lain hanya karena keturunan. Kami telah
menjadikan kalian berbagai bangsa dan suku melalui proses keturunan, agar
kalian dapat saling mengenal. Sesungguhnya, yang paling mulia di antara kalian
di hadapan Allah adalah yang paling bertakwa kepada-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui siapa yang bertakwa dan Maha teliti terhadap mereka.
Tapi kenyataan yang kita lihat bahwa
dalam praktik kehidupan sehari-hari, terdapat realitas stratifikasi sosial di
dalam masyarakat Muslim. Stratifikasi sosial ini tidak dibenarkan secara
teologis, tetapi lebih merupakan refleksi dari kondisi sosial, ekonomi, dan
politik yang berkembang di berbagai masyarakat Muslim. Misalnya, perbedaan
status antara orang kaya dan miskin, antara kaum bangsawan dan rakyat biasa,
atau antara penguasa dan yang dikuasai, sering kali terlihat dalam masyarakat
Muslim. Stratifikasi ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor historis dan
budaya lokal.
Rasulullah SAW dalam sebuah
hadis menekankan pentingnya persamaan di antara umat manusia. Dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang non-Arab, dan tidak ada
kelebihan bagi orang non-Arab atas orang Arab; tidak pula bagi yang berkulit
putih atas yang berkulit hitam, dan tidak pula bagi yang berkulit hitam atas
yang berkulit putih, kecuali dengan ketakwaan." Hadis ini menunjukkan
bahwa Islam menghapuskan segala bentuk diskriminasi yang berdasarkan pada ras
atau keturunan, menegaskan bahwa yang menjadi penentu kemuliaan seseorang
adalah ketakwaannya.
Meskipun Islam menolak
stratifikasi sosial yang berbasis pada keturunan, ras, atau harta, Islam juga
mengakui bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, ada perbedaan peran dan tanggung
jawab yang diemban oleh individu-individu yang berbeda. Perbedaan ini seharusnya
tidak menimbulkan ketidakadilan atau kesenjangan, tetapi justru mendorong
kerjasama dan saling menghargai dalam masyarakat. Dalam Islam, setiap individu,
apapun status sosialnya, memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi, dan
yang paling penting, setiap orang harus diperlakukan dengan adil dan dihormati
sebagai sesama manusia ciptaan Allah. Jadi intinya adalah semua manusia sama di hadapan Allah swt, yang membedakan adalah ketakwaannya.
Semoga bermanfaat