Tradisi Manre Sappera merupakan sebuah prosesi adat yang dilaksanakan oleh masyarakat Luwu, dengan cara makan bersama secara besar-besaran. Tradisi ini masih dipertahankan hingga saat ini dan menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial budaya masyarakat setempat. Manre Sappera bukan sekadar acara makan bersama, tetapi juga sarana untuk memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas di antara warga.
Tujuan utama dari pelaksanaan Manre Sappera adalah untuk mengenang jasa dan perjuangan Andi Djemma, seorang pahlawan nasional yang memiliki peran besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya di wilayah Luwu. Sebagai bentuk kecintaan dan penghormatan, masyarakat mengadakan prosesi ini sebagai wujud apresiasi atas kontribusi Andi Djemma dalam memimpin gerakan perlawanan terhadap tentara sekutu yang diboncengi oleh NICA pada 23 Januari 1946. Andi Djemma memimpin Perlawanan Semesta Rakyat Luwu, suatu gerakan yang mengukir sejarah perlawanan rakyat di wilayah Sulawesi Selatan.
Andi Djemma memiliki sebuah nazar bahwa apabila Indonesia benar-benar merdeka, ia akan mengadakan hajatan besar dan memberikan makanan kepada seluruh rakyat Luwu. Nazar ini menjadi dasar pelaksanaan Manre Sappera, yang diartikan sebagai perwujudan syukur atas kemerdekaan Indonesia yang telah diperjuangkan dengan pengorbanan dan keberanian. Hingga saat ini, tradisi ini dilanjutkan oleh masyarakat sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah dan sebagai pengingat akan semangat perjuangan masa lalu.
Dalam pelaksanaan Manre Sappera, acara dimulai dengan menggelar berbagai hidangan di atas kain panjang berwarna putih. Hidangan tersebut dinikmati secara bersama-sama oleh masyarakat, menciptakan suasana kekeluargaan yang hangat dan penuh dengan rasa kebersamaan. Sebelum acara makan bersama dimulai, biasanya Datuk Luwu menziarahi makam Datuk Sulaiman dan makam Datuk Luwu La Pattiware, dua tokoh penting yang membawa dan menerima Islam di Kerajaan Luwu pada masa lampau. Ziarah ini melambangkan penghormatan terhadap leluhur dan warisan sejarah keagamaan di Luwu.
Tradisi Manre Sappera tidak hanya menjadi ajang untuk mengenang sejarah dan tokoh penting seperti Andi Djemma, tetapi juga sebagai media untuk memperkuat ikatan sosial antarwarga. Prosesi ini mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga persatuan, mengenang jasa para pahlawan, dan tetap memelihara nilai-nilai kebersamaan serta kebudayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar