Moderasi beragama adalah sikap menghindari ekstremisme dan fanatisme dalam menjalankan ajaran agama. Ini berarti menyeimbangkan antara keyakinan pribadi yang kuat dengan penghormatan terhadap keyakinan orang lain yang berbeda. Moderasi beragama menekankan pentingnya nilai-nilai seperti toleransi, dialog, dan saling menghormati dalam kehidupan beragama. Sikap ini mendorong penganut agama untuk menjalankan kepercayaan mereka dengan cara yang inklusif dan harmonis, tanpa menyingkirkan atau merendahkan keyakinan lain (Ali, 2022).
Menurut Nisa, moderasi beragama sangat penting dalam
menciptakan kerukunan sosial di tengah masyarakat yang plural. Ia berpendapat
bahwa tanpa moderasi, masyarakat akan rentan terhadap konflik dan ketegangan
yang disebabkan oleh perbedaan keyakinan. Nisa menekankan bahwa moderasi bukan
berarti mengurangi keyakinan, tetapi lebih kepada bagaimana kita dapat hidup
berdampingan dengan damai meskipun ada perbedaan. Sikap moderat ini penting
untuk membangun hubungan yang sehat dan harmonis di masyarakat yang beragam
(Nisa, 2022).
Menurut Hidayatullah, bahwa sikap moderat dalam
beragama dapat mencegah munculnya ekstremisme yang berpotensi memecah belah
masyarakat. Menurutnya, moderasi beragama adalah upaya untuk menjalankan ajaran
agama dengan cara yang bijaksana dan tidak berlebihan. Hidayatullah juga
menyoroti bahwa moderasi beragama harus diajarkan sejak dini melalui pendidikan
agar generasi muda tumbuh dengan pemahaman yang seimbang tentang agama dan
nilai-nilai toleransi. Pendidikan yang menekankan moderasi beragama akan
membantu membentuk masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis (Hidayatullah,
2023).
Sedangkan Rahim berpendapat bahwa moderasi beragama
mendorong dialog dan pemahaman antarumat beragama, yang sangat penting untuk
menciptakan perdamaian. Ia berpendapat bahwa melalui dialog, kita dapat saling
memahami dan menghargai perbedaan yang ada. Rahim juga menggarisbawahi bahwa
moderasi beragama bukan hanya tentang hubungan antaragama, tetapi juga tentang
bagaimana kita memperlakukan sesama dalam agama yang sama dengan sikap yang
adil dan penuh kasih. Dialog antaragama yang efektif akan memperkuat ikatan
sosial dan mengurangi potensi konflik (Rahim, 2023).
Pendapat lain dikemukakan oleh Fauziah, bahwa moderasi
beragama adalah kunci untuk mencegah konflik berbasis agama dan menjaga
stabilitas sosial. Ia menekankan bahwa sikap moderat dalam beragama membantu
memperkuat identitas kebangsaan dan rasa persatuan di negara yang beragam.
Fauziah juga menyoroti pentingnya peran pemimpin agama dalam mempromosikan
moderasi beragama. Para pemimpin agama harus menjadi teladan dalam menjalankan
ajaran agama dengan cara yang moderat dan mendorong dialog serta kerjasama
antarumat beragama (Fauziah, 2022).
Selain itu, Sulaiman juga berpendapat bahwa moderasi
beragama memungkinkan berbagai kelompok untuk bekerja sama dalam mencapai
tujuan bersama, tanpa mengorbankan identitas agama masing-masing. Ia menekankan
bahwa moderasi beragama mendorong sikap inklusif yang menghormati perbedaan dan
mempromosikan keadilan sosial. Sulaiman juga mencatat bahwa sikap moderat dalam
beragama adalah bagian integral dari ajaran agama itu sendiri, yang mendorong
kasih sayang, keadilan, dan kedamaian. Dengan demikian, moderasi beragama tidak
hanya penting untuk menjaga kerukunan dan perdamaian, tetapi juga untuk
memajukan pembangunan sosial, ekonomi, dan politik (Sulaiman, 2023).
Referensi
·
Ali, Z., Moderasi
Beragama: Pendekatan Teoritis dan Praktis, Jakarta: Pustaka Aswaja, 2022
·
Fauziah, R., Peran
Moderasi Beragama dalam Masyarakat Multikultural, Bandung: Penerbit Mizan,
2022.
·
Hidayatullah, M., Dialog
Antaragama di Era Modern, Yogyakarta: LkiS, 2023
·
Nisa, A., Kerukunan
Sosial dan Moderasi Beragama, Surabaya: Pustaka Ilmu, 2022
·
Rahim, A., Moderasi
dalam Agama dan Kehidupan Sosial, Jakarta: Kompas Gramedia, 2023
·
Sulaiman, H., Toleransi
dan Moderasi dalam Perspektif Islam, Bandung: Pustaka Hidayah, 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar