Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam memiliki pesan universal yang dapat diterapkan di berbagai konteks sosial dan budaya. Namun, agar pesan-pesan tersebut dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh masyarakat, perlu adanya pendekatan yang mempertimbangkan kearifan lokal. Membumikan Al-Quran melalui kearifan lokal berarti mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan tradisi setempat dalam memahami dan menyampaikan ajaran-ajaran Al-Quran. Pendekatan ini memungkinkan Al-Quran untuk lebih relevan dan mudah diterima oleh masyarakat lokal.
Salah satu tokoh yang berhasil membumikan Al-Quran
melalui kearifan lokal adalah Buya Hamka dengan karyanya, "Tafsir Al
Azhar". Hamka menggunakan metode tafsir yang mengakomodasi budaya dan
tradisi lokal, khususnya budaya Melayu dan Minangkabau. Dalam tafsirnya, Hamka
sering kali menggunakan peribahasa, pepatah, dan cerita rakyat yang dikenal
oleh masyarakat setempat untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Quran. Pendekatan ini
tidak hanya memperkaya penafsiran tetapi juga membuat pesan Al-Quran lebih mudah
dipahami oleh masyarakat yang memiliki latar belakang budaya tersebut.
Penggunaan kearifan lokal dalam penafsiran Al-Quran
memiliki banyak manfaat. Pertama, hal ini dapat meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap pesan-pesan Al-Quran karena mereka merasa lebih dekat
dengan contoh-contoh yang diambil dari kehidupan sehari-hari mereka. Kedua,
pendekatan ini dapat membantu menghilangkan kesalahpahaman dan penafsiran yang
keliru yang mungkin timbul akibat perbedaan konteks budaya. Ketiga, integrasi
kearifan lokal dalam penafsiran Al-Quran dapat memperkaya khazanah ilmu tafsir
itu sendiri, memberikan perspektif baru yang mungkin tidak ditemukan dalam
tafsir yang lebih konvensional.
Selain itu, membumikan Al-Quran melalui kearifan lokal
juga memiliki dampak positif bagi dakwah Islam. Para dai dan mubaligh dapat
menggunakan kearifan lokal sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan Islam
dengan cara yang lebih efektif dan mengena. Kearifan lokal yang digunakan dalam
dakwah dapat membuat masyarakat merasa lebih dihargai dan diperhatikan, karena
ajaran yang disampaikan tidak terasa asing atau jauh dari kehidupan mereka
sehari-hari. Hal ini dapat meningkatkan penerimaan dan keterlibatan masyarakat
dalam kegiatan keagamaan dan sosial.
Secara keseluruhan, membumikan Al-Quran melalui
kearifan lokal adalah pendekatan yang sangat efektif dalam menyampaikan
pesan-pesan Al-Quran kepada masyarakat. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai
budaya dan tradisi setempat, Al-Quran dapat menjadi lebih relevan dan mudah
dipahami, sehingga dapat mencapai tujuan utamanya yaitu membawa petunjuk dan
rahmat bagi seluruh umat manusia. Pendekatan ini tidak hanya memperkuat
hubungan antara Al-Quran dan masyarakat tetapi juga memperkaya tradisi
penafsiran Al-Quran itu sendiri.