Selasa, 01 September 2020

Kerangka Dasar Agama Islam

Agama Islam yang mencakup seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia, kerangka dasarnya dapat disederhanakan seperti berikut;

1.   Aqidah Islam, yakni menyangkut masalah rukun iman atau teologi dalam Islam.

2.   Syariat Islam, yakni menyangkut masalah hukum dan ketentuan dalam Islam, baik dalam kaitannya dengan Allah, dengan sesama manusia dan dengan makhluk yang lain. Syari`at Islam mencakup dua hal, yaitu: ibadah khusus atau ibadah mahdlah (murni), dan ibadah umum atau muamalah dalam arti yang luas.

      Ibadah khusus atau ibadah madlah adalah menyangkut rukun Islam; sedangkan ibadah umum atau muamalah dalam arti yang luas adalah menyangkut hal-hal sebagai berikut:

      a.   Al-Ahwal al-Syakhsiyyah, yaitu peraturan yang mengatur hukum perseorangan dan keluarga.

      b.   Mu`amalah dalam arti khusus, yaitu peraturan yang mengatur hukum benda dan perjanjian.

      c.   Jinayat, yaitu peraturan yang mengatur tindak pidana dan sekitarnya.

      d.   Al-Mukhashamat, yaitu pengaturan yang mengatur hukum acara dan peradilan.

      e.   Al-Fiqh al-Dawliyyah, yaitu peraturan yang mengatur hukum kekuasaan dan hubungan international.

      f.    Al-Ahkam al-Sulthaniyyah, yaitu peraturan yang mengatur hukum tatanegara dan administrasi negara.

3.   Akhlak Islam, yaitu menyangkut masalah tata nilai, sifat perangai dan budi pekerti seorang muslim, baik terhadap Allah, sesama manusia dan terhadap alam yang lain.

            Akhlak Islam merupakan buah dari pelaksanaan syari’at Islam yang berakar pada aqidah Islam.

            Ketiga kerangka dasar agama Islam tersebut, bersumber pada dua sumber pokok yaitu al-Qur`an dan al-Hadits atau Sunnah Nabi saw. kemudian diperkaya oleh hasil ijtihad para ulama.

 

Sabtu, 01 Agustus 2020

Tugas Pokok Agama Islam

Ada beberapa tugas pokok agama Islam:
  1. Mendatangkan perdamaian di dunia, dengan membentuk persaudaraan di antara sekalian agama di dunia.
  2. Menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama yang sudah-sudah.
  3. Membetulkan kesalahan-kesalahan dalam agama sebelumnya, menyaring mana yang benar dan meluruskan mana yang palsu.
  4. Mengajarkan kebenaran abadi, yang sebelumnya tidak pernah diajarkan, berhubung keadaan bangsa atau umat pada waktu itu masih dalam tahap permulaan dari tingkat perkembangan mereka.
  5. Memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani bagi umat manusia yang selalu bergerak maju.
  6.  

Rabu, 01 Juli 2020

Karakteristik Agama Islam

Islam menjadi agama yang paling istimewa dibanding dengan agama-agama yang lain, oleh karena ia memiliki karakteristik (ciri khas) sebagai berikut:

1.  Islam adalah agama fitrah.  Maksudnya, adalah agama yang sesuai dengan naluri manusia, pembawaan sejak lahir manusia, kodrat manusia atau sifat asli manusia. Atau dengan kata lain, Islam adalah agama yang manusiawi.

2.  Islam adalah agama tauhid. Maksudnya, agama yang berlandaskan atas aqidah yang murni, yaitu ke-Esaan Allah secara mutlak sebagai pangkal  tolak dari seluruh pengamalan ajarannya. Itulah sebabnya, Islam senantiasa berusaha memurnikan dirinya dari unsur-unsur luar, yakni syirik (politeisme),  sebagaimana  tercantum  dalam  Q. s.  al-Bayyinah  (98) :4.  وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلاَّ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمْ الْبَيِّنَةُ Islam menolak segala bentuk penyembahan terhadap selain Allah – la ma`buda illa Allah.

3.   Islam adalah agama hanif (up right). Yakni agama yang penganutnya harus tinggi budi pekertinya, lurus hatinya dan senantiasa cenderung untuk berbuat kebaikan (amal saleh).

4.   Islam adalah agama yang mudah/ringan. Tidak ada alasan bagi seorang muslim (siapapun) untuk bermalas-malas mengamalkan ajaran Islam, karena Islam bukanlah agama yang berat atau kejam. Firman Allah yang artinya: Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu (Q.s. al-Baqarah (2) : 185).

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمْ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمْ الْعُسْرَ

      Itulah sebabnya dalam agama Islam terdapat hukum rukhsah (keringanan atau dispensasi) yang sengaja diberikan oleh Allah kepada setiap muslim yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan ajaran Islam. Misalya, bagi muslim musafir dibolehkan menjamak dan mengqashar shalat, dibolehkan berbuka puasa; dan sebagainya.

5.   Islam adalah agama yang moderat. Maksudnya, agama yang sedang, agama yang lunak atau tengah-tengah, yaitu tengah-tengah di antara dua faham yang ekstrim, baik ekstrim terlalu keras, maupun ekstrim terlalu lunak. Sebagai contoh: orang Yahudi sangat membenci Nabi Isa dan menganggapnya anak haram karena ia lahir tanpa bapak; ibu nabi Isa (Maryam) dituduh menyeleweng. Sebaliknya, orang Nasrani sangat mencintai nabi Isa dan menyakininya sebagai Tuhan (Tuhan anak) sebagai salah satu oknum dari Trinitas (Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Ruh Kudus). Sedangkan Islam mengambil jalan tengah, dan menolak kedua pandangan yang bertentangan secara ekstrim tersebut; kelahiran nabi Isa tanpa ayah hanyalah bukti kekuasaan Allah semata, sama halnya dengan terjadinya nabi Adam tanpa ibu dan ayah. Nabi Isa tidak lebih dari seorang nabi dan rasul-rasul Allah yang lain. Atas pandangan itulah, maka umat Islam disebut ummatan wasathan yaitu umat penengah, sebagai tercantum dalam Q.s. al-Baqarah (2) :143.

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

6.   Islam adalah agama rasional. Maksudnya agama yang dapat diterima oleh akal. Dalam hubungan ini, ajaran Islam dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

      a.   Ajaran Islam yang ma`qul artinya ajaran yang rasional (dapat diterima oleh akal). Contohnya: Tuhan itu satu, seseorang tidak menanggung dosa orang lain, dan sebagainya.

      b.   Ajaran Islam yang ghairu ma`qul yaitu ajaran yang di luar jangkauan akal. Contohnya: rakaat shalat yang berbeda-beda, hakekat zat Allah, mencium hajar aswad, dan sebagainya.  

7.   Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan Islam, sekurang-kurangnya ditandai oleh adanya tiga keyataan:

      a.   Islam menghimpun semua kebenaran yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul Allah yang pernah lahir. Pokok-pokok ajaran Taurat, Zabur dan Injil, semuanya tercantum dalam al-Qur`an.

      b.   Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya (termasuk dirinya sendiri), bahkan mengatur hubungan manusia dengan seluruh makhluknya yang lain.

      c.   Adanya pengakuan dari Allah, bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan Dia sendiri yang menyempurnakannya, sebagaimana tercantum dalam Q.s. al-Maidah (5):3.

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمْ اْلإِسْلاَمَ دِينًا

 

 

(dari berbagai sumber)

Senin, 01 Juni 2020

Pengertian Islam

 Pengertian IslamSecara etimologi, kata Islam berasal dari bahasa Arab, diangkat dari kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari kata salima itu, dibentuk kata aslama yang artinya berserah diri, tunduk, patuh dan taat. Kata aslama inilah yang menjadi pokok kata Islam, (aslama--yuslimu--islaman). Orang yang melakukan aslama atau masuk Islam dinamakan muslim, yakni orang yang telah menyatakan dirinya berserah diri, taat, tunduk dan patuh secara mutlak kepada Allah swt. Orang yang demikian ini terjamin keselamatan hidupnya, baik di dunia dan di akhirat.

Kata Islam adalah nama agama Allah yang tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu, atau dengan golongan tertentu, ataupun dengan negeri tertentu. Tetapi, nama Islam adalah pemberian langsung dari Allah swt. sebagai nama agama wahyu yang diturunkan kepada segenap umat manusia melalui Nabi Muhammad saw. sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Maidah (5) : 3

وَرَضِيتُ لَكُمْ اْلإِسْلاَمَ دِينًا

Terjemahnya :

            Aku (Allah) rela Islam sebagai agama bagi kamu sekalian.

            Jadi, Islam sebagai nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. mengandung keistimewaan dan hikmah yang tinggi, seklaigus merupakan petunjuk akan kebenaran, dan keabsahannya sebagai agama wahyu murni dari Allah swt. tanpa campur tangan manusia sebagaimana firman Allah swt. dalam Q.S. Ali Imran (3) : 19:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ اْلإِسْلاَمُ

 Terjemahnya :

            Sesungguhnya Dia (agama) yang sah di sisi Allah hanyalah Islam

      Jadi, Islam itu pada hakekatnya adalah agama Allah, yang diperuntukkan bagi seluruh makhluknya, khususnya manusia. Karena itu, manusia yang memiliki Islam sebagai agamanya, mereka akan diterima oleh Allah, tetapi, bagi mereka yang memiliki agama selain agama Islam, mereka akan ditolak oleh Allah, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ali Imran (3) : 85

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ اْلإِسْلاَمِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلآَخِرَةِ مِنْ الْخَاسِرِينَ

Terjemahnya:

Barang siapa yang mencari agama selain agama Islam maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. 

 Pernyataan Allah tersebut, dapat diterima secara rasional, oleh karena :

1.   Secara etimologi dapat dibuktikan bahwa kata Din sama dengan Islam yang berarti patuh dan taat. Bahkan hadits Nabi saw. menyatakan : Din adalah aqal, tidak ada Din bagi orang yang tidak ber-aqal. Pernyataan Nabi ini dimaksudkan bahwa : kepatuhan dan ketaatan secara sempurna akan muncul dari hasil pertimbangan antara akal dan hati.

2.   Secara logika, dapat dibuktikan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang mengandung ajaran penyerahan diri secara penuh dan mutlak hanya kepada Allah melalui pernyataan ikrar la ilaha illa Allah yang dimanifestasikan dalam bentuk amaliah. Oleh karena itu, logislah kalau Allah hanya mengakui Islam satu-satunya agama yang benar.

3.  Secara materi, Islam mencakup hablum min Allah dan hablum min al-nas, sedangkan agama sebelumnya hanya mencakup hablum min Allah saja. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang paling lengkap dari agama-agama sebelumnya.             

4.  Secara historis, dibuktikan bahwa Islam merupakan agama yang terakhir (akhir zaman) yang bertugas menggantikan agama sebelumnya, yang masa berlakunya telah selesai dan telah diinterpolasi oleh manusia. Kemudian Islam datang untuk mengadakan koreksi, pembetulan dan penyempurnaan, sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Taubah (9) : 33

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

 Q.S. al-Shaf (61) :9

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Q.S. al-Fathu (48) 28.

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا

5.  Secara hukum Evolusi dapat dibuktikan, karena hukum evolusi menyatakan bahwa sesuatu akan berkembang secara evolusi, dari yang kurang sempurna menuju kepada yang lebih sempurna.

Menurut syekh Muhammad Abduh dalam kitabnya Risalah al Tauhid  dan Tafsir al-Manar, bahwa wahyu dan kerasulan berkembang secara evolusi dan mencapai kesempurnaannya pada wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai rasul terakhir, demikian juga rasul, sejak Nabi Adam, telah berkembang secara evolusi, dan mencapai puncaknya pada rasul Muhammad saw. Karena itu Islam sebagai agama terakhir, mengandung wahyu yang paling sempurna, dan dibawa oleh rasul yang paling sempurna pula.

Sedangkan secara terminologi, Islam mengandung dua pengertian, yaitu pengertian Islam secara khusus dan pengertian Islam secara umum.

a.   Yang dimaksud Islam secara khusus ialah : din (agama) yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. berdasarkan al-Qur’an dan sunnahnya, dilengkapi dengah hasil ijtihad ulama, yang mengndung perintah-perintah, larangan-larangan, serta petunjuk-petunjuk untuk kebahagian dan kesejahteraan manusia, di dunia dan di akhirat.

b.   Yang dimaksud Islam secara umum ialah : agama yang disyari’atkan oleh Allah dengan perantaraan para Nabi dan Rasul-Nya, yang mengandung perintah-perintah, larangan-larangan, serta petunjuk-petunjuk untuk kebahagian dan kesejahteraan manusia, di dunia dan di akhirat.

Pengertian Islam secara umum tersebut, sejalan dengan beberapa ayat al-Qur’an yang menegaskan bahwa agama Islam adalah agama para Nabi dan Rasul Allah, sebagai contoh dapat dilihat berikut ini :

a.   Islam adalah agama Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub  dan sebagainya, sebagaiman tercantum dalam Q.S. al-Haj (22) : 78

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمْ الْمُسْلِمينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلاَكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ

Q.S. al-Baqarah (2) : 132

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَابَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمْ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Q.S. Ali Imran (3) : 67

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلاَ نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنْ الْمُشْرِكِينَ

al-Nisa (4) : 163.

إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَاْلأَسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا

b.   Islam adalah agama Nabi Yusuf, sebagaimana tercantum dalam Q.S. Yusuf (12) : 101.

رَبِّ قَدْ آتَيْتَنِي مِنْ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي مِنْ تَأْوِيلِ اْلأََحَادِيثِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأََرْضِ أَنْتَ وَلِيِّ فِي الدُّنْيَا وَاْلآَخِرَةِ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

c.   Islam adalah agama Nabi Sulaiman, sebagaimanatercantum dalam Q.S. al-Naml (27) : 30-31.

إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِاِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيمِ(30)أَلاَّ تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ(31)

d.   Islam adalah agama Nabi Musa, sebagaiaman tercantum dalam Q.S. al-Syura (42) : 13

شَرَعَ لَكُمْ مِنْ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى

e.   Islam adalah agama Nabi Isa, sebagaimana tercantum dalam Q.S. Ali Imran (3) : 52.

فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمْ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

            Di samping Islam sebagai agama para Nabi dan Rasul Allah, juga Islam merupakan agama alam semesta. Semua alam semesta ini adalah muslim , dalam arti semuanya tunduk dan patuh (aslama) terhadap Allah rab al-alamin, sebagaimana tercantum dalam Q.s. Saba` (34) : 28

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ

Q.s. Ali Imran (3) : 83.

أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأََرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ

Islam mewajibkan kepada seluruh manusia untuk beriman kepada para Nabi dan Rasul Allah serta kitab suci yang mereka bawa. Meyakini Nabi Muhammad saw. sebagai Rasul terakhir, ajarannya mencakup seluruh agama wahyu sebelumnya, kitab sucinya (al-Qur`an) merupakan gabungan dari semua kitab suci agama wahyu sebelumnya, sebagaimana firman Allah dalam Q.s. al-Bayyinah (98) : 2-3

رَسُولٌ مِنْ اللَّهِ يَتْلُوا صُحُفًا مُطَهَّرَةً(2)  فِيهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ  (3)

Terjemahnya:

(yaitu) seorang  rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (al-Qur`an). Di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus.

 

 (dari berbagai sumber)

Jumat, 01 Mei 2020

Kebutuhan Manusia terhadap Agama

Mengapa manusia butuh agama? adalah suatu pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab. Namun, kita melihat potensi-potensi yang dimiliki manusia, maka kita akan menemukan beberapa jawaban terhadp pertanyaan tersebut, antara lain adalah sebagai berikut :

1.   Manusia sebagai makhluk Allah memiliki banyak kelebihan dibanding dengan makhluk yang yang lain; tetapi dibalik kelebihan yang banyak itu, manusia  juga tidak luput dari banyak kekurangan, kelemahan dan kemampuan yang terbatas. Manusia terbatas pada alam sekitarnya, warisan keturunan dan latar belakang kebudayannya/hidupnya,; yang menyebabkan adanya perbedaan pandangan dalam menghadapi suatu masalah, bahkan seringkali bertentangan antara satu dengan yang lainnya.

      Pandangan yang simpang siur tersebut (subyektif) tidak akan dapat menimbulkan keyakinan atas kebenaran, tetapi senantiasa diliputi oleh kabut keragu-raguan (dzanny), sehingga manusia senantiasa gagal dalam menentukan kebenaran secara mutlak, ia tidak sanggup menentukan kebaikan dan keburukan (haq dan batil), ia tidak dapat menentukan nilai-nilai semua hal yang demikian itu adalah di luar bidang ilmu pengetahuan manusia.

      Untuk mengatasi ataupun memberikan solusi terhadap kegagalan manusia sebagai akibat dari kelemahannya, itu maka diperlukan agama/wahyu yang berasal dari luar manusia, yakni Allah swt. melalui para Nabi dan Rasul-Nya. Hal ini dapat terjadi karena Allah swt. adalah Maha Sempurna, sehingga wahyu yang diturunkan-Nya merupakan kebenaran mutlak dan bersifat universal yang tak perlu diragukan lagi, sebagaimana  firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah (2) : 147

الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُونَنَّ مِنْ الْمُمْتَرِينَ

Kebenaran itu adalah berasal dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu meragukannya.

 

2.   Dalam diri manusia terhadap hawa nafsu, yang senantiasa mengajak manusia kepada kejahatan, apalagi kalau hawa nafsu tersebut sudah dipengaruhi oleh syaitan/iblis yang senantiasa menyesatkan manusia dari jalan yang benar. Jika manusia dapat mengalahkan pengaruh hawa nafsu dan syaitan tersebut, maka ia akan lebih tinggi derajatnya daripada malaikat; tetapi, jika ia mengikuti ajakan hawa nafsunya dan syaitan tersebut, maka ia akan turun derajatnya lebih rendah daripada binatang.

    Untuk mengatasi pengaruh hawa nafsu dan syaitan itu, manusia harus memakai senjata agama (iman), karena hanya agama (imanlah) yang dapat mengatasi dan mengendalikan hawa nafsu dan syaitan/iblis itu; sebab agama merupakan sumber moral dan akhlak dalam Islam. Itulah sebabnya, missi utama manusia, sebagaimana hadits beliau yang menyatakan: Hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

     Melawan hawa nafsu dan syaitan adalah jihad akbar, sebagaimana dikatakan oleh Nabi saw. sewaktu kembali dari perang Badar: Kita kembali dari jihad (perang) yang paling kecil menuju jihad yang paling besar, para sahabat bertanya: adakah perang yang lebih besar dari perang ini ya Rasulullah? Nabi menjawaab : ada, yakni melawan hawa nafsu.

      Di samping itu, ada hadits lain yang mengatakan: Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga hawa nafsunya semata-mata mengikuti agama Islam yang kaubawa.

3.   Manusia dengan akalnya semata, tidak mampu mengetahui alam metafisika, alam akhirat yang merupakan alam gaib, dan berada di luar jangkauan  akal manusia, sebagaimana firmana Allah dalam Q.S. al-Nahl (27) : 65,

وَاللَّهُ أَنزَلَ مِنْ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ اْلأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ

     

     Menurut Ibnu Khaldun dalam Mukaddimahnya, bahwa akal manusia mempunyai batas-batas kemampuan tertentu, sehingga tidak boleh melampaui batas dan wewenangnya. Oleh karena itu, banyak masalah yang tidak mampu dipecahkan oleh akal manusia, terutama masalah alam gaib; dan di sinilah perlunya agama/wahyu untuk meberikan jawaban terhadap segala masalah gaib yang berada di luar jangkauan akal manusia. Di sinilah letak kebutuhan manusia untuk mendapat bimbingan agama/wahyu, sehingga mampu mengatasi segala persoalan hidupnya dengan baik dan menyakinkan.

4.   Para sainstis yang terlalu mendewakan ilmu pengetahuan -- khususnya di Barat telah banyak yang kehilangan idealisme sebagai tujuan hidupnya. Mereka dihinggapi penyakit risau gelisah, hidupnya hambar dan hampa, karena dengan pengetahuan semata, mereka tidak mampu memenuhi hajat hidupnya; sebab dengan bekal ilmu pengetahuannya itu, tempat  berpijaknya makin kabur, karena kebenaran yang diperolehnya relatif dan temporer, sehingga rohaninya makin gersang, sebagaimana bumi ditimpa kemarau, sehingga membutuhkan siraman yang dapat menyejukkan. Di sinilah perlunya agama untuk memenuhi hajat rohani manusia, agar ia tidak risau dan gelisah dalam menghadapi segala persoalan hidup ini.

5.   Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia. Namun, dibalik semuanya itu, kemajuan ilmu pengetahuann dan tekhnologi pula yang banyak menimbulkan kecemasan dan ancaman keselamatan bagi umat manusia. Berbagai konflik yang maha dahsyat terjadi diberbagai belahan dunia dewasa ini merupakan dampak negatif dari pada kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi itu, dengan ilmu dan tekhnologi, manusia memproduksi senjata, namun dengan senjata itu pula manusia  banyak menjadi korban. Di sinilah perlunya agama, karena hanya agama (iman) lah   yang dapat mencegah agar ilmu dan tekhnologi tersebut tidak berubah menjadi senjata makan tuan/pagar makan tanaman. Agamalah yang mampu menjinakkan hati manusia  yang sesat, untuk berbuat baik kepada diri sendiri dan kepada orang lain.

            Jadi, ilmu dan agama harus bergandengan tangan, akal dan wahyu mesti sejalan, keduanya merupakan anugerah Allah untuk manusia  karena itu Nabi saw. menyatakan : bahwa ilmu itu adalah jiwa dan tiangnya agama Islam.

Barang siapa menghendaki dunia, maka hendaklah ia berilmu pengetahuan, dan barang siapa menghendaki akhirat, maka hendaklah ia berilmu pengetahuan, dan barang siapa menghendaki keduanya maka hendaklah ia berilmu pengetahuan.

Hadis tersebut terlihat betapa pentingnya ilmu pengetahuan dan agama itu untuk kehidupan manusia; karena itu Allah berjanji untuk mengangkat derajat orang – orang yang beriman dan sekaligus berilmu pengetahuan, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Mujadalah (38) : 11:

... يَرْفَعْ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ...

Terjemahnya :

Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat ……

            Dalam surah Fathir (35) : 28, ditegaskan oleh Allah bahwa : hanya saja yang akan takut kepada Allah di antara hambanya ialah hamba-Nya yang beriman dan berilmu pengetahuan.

 Karena itu, agama dan ilmu pengetahuan merupakan  kebutuhan primer setiap manusia. Ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan intelek /akal manusia, sedang agama untuk memenuhi kebutuhan jiwa /hati  manusia. Jika kebutuhan akal dan jiwa itu terpenuhi secara seimbang, maka akan terwujudlah  manusia yang utuh, yaitu manusia yang mempunyai keseimbangan antara kepentingan jasmani dan rohani, dunia dan akhirat, sebagaimana tercantum dalam tujuan dan hakekat pembangunan Nasional Indonesia.

(dari berbagai sumber)

Rabu, 01 April 2020

Peranan Agama dalam Kehidupan

Dalam kehidupan manusia, agama sangat penting adanya, karena itu, manusia sngat membutuhkan agama, terutama manusia modern yang hidup dalam era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah :

1.      Karena agama merupakan sumber moral

2.      Karena agama merupakan petunjuk kebenaran

3.      Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.

4.      Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.

Di dalam kehidupan sosial, agama dapat menyediakan support (dukungan), menghibur, mendamaikan kembali; menyediakan trancendental relationshif (hubungan dengan yang gaib) melalui cult/worship (ibadah); dapat mensakralkan norma-norma dan nilai-nilai yang sudah mapan yang sudah ada dalam masyarakat; dapat menyediakan standar-standar dalam hal norma-norma yang sudah melembaga itu diuji kembali secara kritis, dan memberikan perasaan identitas misalnya identitas sebagai orang Kristen, identitas sebagai orang Islam dan sebagainya. Kesemuanya itu terkait erat dengan pertumbuhan dan kematangan individu penganutnya.

Minggu, 01 Maret 2020

Fungsi dan Tujuan Agama

 Fungsi Agama

Telah diketahui bahwa manusia itu  dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak mengetahui apa-apa, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Nahl (16) : 78:

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمْ السَّمْعَ وَاْلأَبْصَارَ وَاْلأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka yang mensyukurinya.   

Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya.

Godaan dan rayuan dari dalam diri manusia dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1.      Godaan dan rayuan yang berusaha menarik manusia kedalam lingkungan kebaikan, yang menurut istilah. Al-Gazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin disebut dengan malak al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah/kebaikan.   

2.      Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan, yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan.

Di sinilah letaknya fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia ke jalan yang baik dan menghindarkannya dari kejahatan atau kemungkaran.

                       

Tujuan Agama

a.       Menegakkan kepercayaan manusia hanya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa (tauhid).

b.      Mengatur kehidupan manusia di dunia, agar kehidupannya teratur dengan baik, sehingga dapat mencapai kesejahteraan hidup, lahir dan batin dunia dan akhirat.

c.       Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.

d.      Menyempurnakan akhlak yang mulia.

(dari berbagai sumber)

Sabtu, 01 Februari 2020

Pengertian Agama

Ada tiga istilah yang dikenal tentang agama, yaitu: agama, religi dan din.

Agama

Secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa Sangsekerta, yang berasal dari akar kata gam artinya pergi. Kemudian akar kata gam tersebut mendapat awalan a dan akhiran a, maka terbentuklah kata agama artinya jalan. Maksudnya, jalan untuk mencapai kebahagiaan.

Di samping itu, ada pendapat yang menyatakan bahwa kata agama berasal dari bahasa Sangsekerta yang akar katanya adalah a dan gama. A artinya tidak dan gama artinya kacau. Jadi, agama artinya tidak kacau atau teratur. Maksudnya, agama adalah peraturan yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan yang dihadapi dalam hidupnya, bahkan menjelang matinya.

Religi

Kata religi, religion dan religio,  secara etimologi, menurut  Winkler Prins dalam Algemene Encyclopaedie--mungkin sekali berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata religere atau religare yang berarti terikat, maka dimaksudkan bahwa setiap orang yang  ber-religi adalah orang yang senantiasa merasa terikat dengan sesuatu yang dianggap suci. Kalau dikatakan berasal dari kata religere yang berarti berhati-hati, maka dimaksudkan bahwa orang yang ber-religi itu adalah orang yang senantiasa bersikap hati-hati dengan sesuatu yang dianggap suci.

Sedangkan secara terminologi, agama dan religi ialah suatu tata kepercayaan atas adanya yang Agung di luar manusia, dan suatu tata penyembahan kepada yang Agung tersebut,  serta suatu  tata  kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan yang Agung, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam yang lain, sesuai dengan tata kepercayaan dan tata penyembahan tersebut.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka pada agama dan religi terdapat empat unsur penting, yaitu: 

  1. Tata pengakuan atau kepercayaan terhadap adanya Yang Agung, 
  2. Tata hubungan atau tata penyembahan terhadap yang Agung itu dalam bentuk ritus, kultus dan pemujaan, 
  3. Tata kaidah/doktrin, sehingga muncul balasan berupa kebahagiaan bagi yang berbuat baik/jujur, dan kesengsaraan bagi yang berbuat buruk/jahat, 
  4. Tata sikap terhadap dunia, yang menghadapi dunia ini kadang-kadang sangat terpengaruh (involved) sebagaimana golongan materialisme atau menyingkir/menjauhi/uzlah (isolated) dari dunia, sebagaimana golongan spiritualisme.

al-Dien/ad-Dien

Kata din secara etimologi berasal dari bahasa Arab, artinya: patuh dan taat, undang-undang, peraturan dan hari kemudian. Maksudnya, orang yang berdin ialah orang yang patuh dan taat terhadap peraturan dan undang-undang Allah untuk mendapatkan kebahagiaan di hari kemudian.

Oleh karena itu, dalam din terdapat empat unsur penting, yaitu: 

  1. Tata pengakuan terhadap adanya Yang Agung dalam bentuk iman kepada Allah Tata hubungan terhadap Yang Agung tersebut dalam bentuk ibadah kepada Allah.
  2. Tata kaidah/doktrin yang mengatur tata pengakuan dan tata penyembahan tersebut yang terdapat dalam al-Qur`an dan Sunnah Nabi. 
  3. Tata sikap terhadap dunia dalam bentuk taqwa, yakni mempergunakan dunia sebagai jenjang untuk mencapai kebahagiaan akhirat.
  4. Sedangkan menurut terminologi, din adalah peraturan Tuhan yang membimbing manusia yang berakal dengan kehendaknya sendiri untuk kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.

Berdasarkan pengertian din tersebut, maka din itu memiliki empat ciri, yaitu: 

  1. Din adalah peraturan Tuhan, 
  2. Din hanya diperuntukkan bagi manusia yang berakal, sesuai hadis Nabi yang berbunyi: al-din huwa al-aqlu la dina liman la aqla lahu, artinya: agama ialah akal tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal.
  3. Din harus dipeluk atas dasar kehendak sendiri, firman Allah: la ikraha fi al-din, artinya: tidak ada paksaaan untuk memeluk din (agama).
  4. Din bertujuan rangkap, yakni kebahagiaan dan kesejahteraan dunia akhirat.


Rabu, 01 Januari 2020

Pembagian dan Ciri-ciri agama

Pembagian Agama

Dilihat dari segi sumbernya, maka agama secara keseluruhan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

  • Agama wahyu (agama samawi) yaitu : agama yang berasal dari Allah, disampaikan kepada  manusia melalui para Nabi dan Rasul-Nya. 
  • Agama Budaya (agama wadh’i), yaitu agama yang bersumberkan pada hasil pemikiran manusaia dalam membuat respos terhadap tantangan alam melalui upacara-upacara tertentu. 


Ciri-ciri agama wahyu adalah :

  • Secara pasti dapat diketahui kapan lahirnya, sesuai dengan kehadiran nabi/Rasul  yang membawanya.
  • Disampaikan oleh seorang manusia yang dipilih oleh Allah sebagai Nabi/Rasul-Nya.
  • Memiliki kitab suci sebagai pedoman yang bersih dari campur tangan manusia.
  • Ajarannya serba tetap, tetapi tafsirannya dapat berubah sesuai dengan kecerdasan dan kepekaan penganutnya.
  • Konsep ketuhanannya adalah tauhid (Monoteisme mutlak)
  • Kebenarannya bersfat universal, yaitu berlaku bagi setiap manusia, masa dan keadaan.


Ciri-ciri agama budaya adalah :

  • Tumbuh secara kumalatif dalam masyarakat penganutnya.
  • Tidak disampaikan oleh seorang Nabi/Rasul Allah.
  • Umumnya tidak memiliki kitab suci, kalaupun ada, akan mengalami perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarahnya.
  • Ajarannya  dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal fikiran masyarakatnya (penganutnya),
  • Konsep ketuhanan adalah dinamisme, animisme, politeisme, honoteisme dan paling tinggi monoteisme nisbi.
  • Kebenaran ajarannya tidak universal, yaitu tidak berlaku bagi setiap manusia, masa dan keadaan.


Selasa, 17 Desember 2019

Maccera Manu di Desa Meli, Tamat Mengaji

Maccera’ manu' adalah pemotongan ayam atau sebuah tanda atau ucapan rasa syukur dan terima kasih kepada guru mengaji dan rasa Syukur Kepada Allah swt.
Di desa Meli Masamba - Luwu Utara memiliki kearifan lokal yang begitu banyak salah satunya ialah kata maccera’ yang dimana maccera’ merupakan sebuah tradisi yang harus dijalankan atau dilaksanakan karena ketika seseorang yang sudah tammat mengaji biasanya ada ritual memotong pial atau jengger yang ada di bagian kepala ayam yang dimana darahnya di pake dengan cara menggunakan ibu jari, darah ayam tersebut kita tempelkan ke ibu jari orang yang sedang maccera’ kemudian darah yang ada di ibu jari kita tempelkan ke alqur’an bagian tengah tepatnya surah al-isra yang dimana bunyinya wal ya ta lattaf. Tepat di bagian itu darah ayam di tempelkan, dan yang menempelkan darah ayam tersebut yaitu guru mengaji kita kemudian sang guru mengaji menyuruh muridnya membaca doa khatam al-Qur’an itu pertanda bahwa orang tersebut sudah benar-benar menyelesaikan bacaannya  ketika maccera’ sudah di lakukan seseorang tersebut sudah di nyatakan telah tammat mengaji kemudian selanjutnya mengadakan acara syukuran dan acara ini harus dilakukan di rumah sang guru mengaji dimana ayam yang sudah di gunakan maccera’ kemudian dipotong untuk dimakan bersama keluarga, acara sukuran ini biasanya dihadiri oleh keluarga terutama teman sepengajian.
Di desa Meli Maccera’ sudah dilakukan secara turun temurun karena ini merupakan rasa syukur karena seseorang telah dikatakan mengkhatam al-Qur’an oleh karenanya wajib melakukan syukuran. Sehingga pada saat ini maccera masih dilakukan karena itu dianggap baik oleh kebanyakan masyarakat Meli.