- Mendatangkan perdamaian di dunia, dengan membentuk persaudaraan di antara sekalian agama di dunia.
- Menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama yang sudah-sudah.
- Membetulkan kesalahan-kesalahan dalam agama sebelumnya, menyaring mana yang benar dan meluruskan mana yang palsu.
- Mengajarkan kebenaran abadi, yang sebelumnya tidak pernah diajarkan, berhubung keadaan bangsa atau umat pada waktu itu masih dalam tahap permulaan dari tingkat perkembangan mereka.
- Memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani bagi umat manusia yang selalu bergerak maju.
Sabtu, 01 Agustus 2020
Tugas Pokok Agama Islam
Rabu, 01 Juli 2020
Karakteristik Agama Islam
Islam menjadi agama yang paling istimewa dibanding dengan agama-agama yang lain, oleh karena ia memiliki karakteristik (ciri khas) sebagai berikut:
1. Islam adalah agama fitrah. Maksudnya, adalah agama yang sesuai dengan
naluri manusia, pembawaan sejak lahir manusia, kodrat manusia atau sifat asli
manusia. Atau dengan kata lain, Islam adalah agama yang manusiawi.
2. Islam adalah agama tauhid. Maksudnya, agama
yang berlandaskan atas aqidah yang murni, yaitu ke-Esaan Allah secara mutlak
sebagai pangkal tolak dari seluruh
pengamalan ajarannya. Itulah sebabnya, Islam senantiasa berusaha memurnikan
dirinya dari unsur-unsur luar, yakni syirik (politeisme), sebagaimana
tercantum dalam Q. s.
al-Bayyinah (98) :4. وَمَا تَفَرَّقَ
الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلاَّ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمْ الْبَيِّنَةُ Islam menolak segala bentuk penyembahan terhadap selain Allah –
la ma`buda illa Allah.
3. Islam adalah agama hanif (up right). Yakni
agama yang penganutnya harus tinggi budi pekertinya, lurus hatinya dan
senantiasa cenderung untuk berbuat kebaikan (amal saleh).
4. Islam adalah agama yang mudah/ringan. Tidak
ada alasan bagi seorang muslim (siapapun) untuk bermalas-malas mengamalkan
ajaran Islam, karena Islam bukanlah agama yang berat atau kejam. Firman Allah
yang artinya: Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu (Q.s. al-Baqarah (2) : 185).
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمْ
الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمْ الْعُسْرَ
Itulah sebabnya dalam agama Islam terdapat
hukum rukhsah (keringanan atau dispensasi) yang sengaja diberikan oleh
Allah kepada setiap muslim yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan ajaran
Islam. Misalya, bagi muslim musafir dibolehkan menjamak dan mengqashar shalat,
dibolehkan berbuka puasa; dan sebagainya.
5. Islam adalah agama yang moderat. Maksudnya,
agama yang sedang, agama yang lunak atau tengah-tengah, yaitu tengah-tengah di
antara dua faham yang ekstrim, baik ekstrim terlalu keras, maupun ekstrim
terlalu lunak. Sebagai contoh: orang Yahudi sangat membenci Nabi Isa dan
menganggapnya anak haram karena ia lahir tanpa bapak; ibu nabi Isa (Maryam)
dituduh menyeleweng. Sebaliknya, orang Nasrani sangat mencintai nabi Isa dan
menyakininya sebagai Tuhan (Tuhan anak) sebagai salah satu oknum dari Trinitas
(Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Ruh Kudus). Sedangkan Islam mengambil jalan
tengah, dan menolak kedua pandangan yang bertentangan secara ekstrim tersebut;
kelahiran nabi Isa tanpa ayah hanyalah bukti kekuasaan Allah semata, sama
halnya dengan terjadinya nabi Adam tanpa ibu dan ayah. Nabi Isa tidak lebih
dari seorang nabi dan rasul-rasul Allah yang lain. Atas pandangan itulah, maka
umat Islam disebut ummatan wasathan yaitu umat penengah, sebagai
tercantum dalam Q.s. al-Baqarah (2) :143.
وَكَذَلِكَ
جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ
الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
6. Islam adalah agama rasional. Maksudnya agama
yang dapat diterima oleh akal. Dalam hubungan ini, ajaran Islam dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu:
a. Ajaran
Islam yang ma`qul artinya ajaran yang rasional (dapat diterima oleh
akal). Contohnya: Tuhan itu satu, seseorang tidak menanggung dosa orang lain,
dan sebagainya.
b. Ajaran
Islam yang ghairu ma`qul yaitu ajaran yang di luar jangkauan akal.
Contohnya: rakaat shalat yang berbeda-beda, hakekat zat Allah, mencium hajar
aswad, dan sebagainya.
7. Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan
Islam, sekurang-kurangnya ditandai oleh adanya tiga keyataan:
a. Islam
menghimpun semua kebenaran yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul Allah yang
pernah lahir. Pokok-pokok ajaran Taurat, Zabur dan Injil, semuanya tercantum
dalam al-Qur`an.
b. Islam
tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur
hubungan manusia dengan sesamanya (termasuk dirinya sendiri), bahkan mengatur
hubungan manusia dengan seluruh makhluknya yang lain.
c. Adanya
pengakuan dari Allah, bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan Dia sendiri
yang menyempurnakannya, sebagaimana tercantum dalam Q.s. al-Maidah (5):3.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ
لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمْ
اْلإِسْلاَمَ دِينًا
(dari berbagai sumber)
Senin, 01 Juni 2020
Pengertian Islam
Pengertian Islam: Secara etimologi, kata Islam berasal dari bahasa Arab, diangkat dari kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari kata salima itu, dibentuk kata aslama yang artinya berserah diri, tunduk, patuh dan taat. Kata aslama inilah yang menjadi pokok kata Islam, (aslama--yuslimu--islaman). Orang yang melakukan aslama atau masuk Islam dinamakan muslim, yakni orang yang telah menyatakan dirinya berserah diri, taat, tunduk dan patuh secara mutlak kepada Allah swt. Orang yang demikian ini terjamin keselamatan hidupnya, baik di dunia dan di akhirat.
Kata Islam adalah nama agama Allah yang tidak
mempunyai hubungan dengan orang tertentu, atau dengan golongan tertentu,
ataupun dengan negeri tertentu. Tetapi, nama Islam adalah pemberian langsung
dari Allah swt. sebagai nama agama wahyu yang diturunkan kepada segenap umat
manusia melalui Nabi Muhammad saw. sebagaimana firman Allah dalam Q.S.
al-Maidah (5) : 3
وَرَضِيتُ
لَكُمْ اْلإِسْلاَمَ دِينًا
Terjemahnya :
Aku
(Allah) rela Islam sebagai agama bagi kamu sekalian.
Jadi, Islam
sebagai nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. mengandung keistimewaan
dan hikmah yang tinggi, seklaigus merupakan petunjuk akan kebenaran, dan
keabsahannya sebagai agama wahyu murni dari Allah swt. tanpa campur tangan
manusia sebagaimana firman Allah swt. dalam Q.S. Ali Imran (3) : 19:
إِنَّ
الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ اْلإِسْلاَمُ
Sesungguhnya
Dia (agama) yang sah di sisi Allah hanyalah Islam
Jadi,
Islam itu pada hakekatnya adalah agama Allah, yang diperuntukkan bagi seluruh
makhluknya, khususnya manusia. Karena itu, manusia yang memiliki Islam sebagai
agamanya, mereka akan diterima oleh Allah, tetapi, bagi mereka yang memiliki
agama selain agama Islam, mereka akan ditolak oleh Allah, sebagaimana firman
Allah dalam Q.S. Ali Imran (3) : 85
وَمَنْ
يَبْتَغِ غَيْرَ اْلإِسْلاَمِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي
اْلآَخِرَةِ مِنْ الْخَاسِرِينَ
Terjemahnya:
Barang siapa yang mencari agama selain agama Islam
maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di
akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
Pernyataan
Allah tersebut, dapat diterima secara rasional, oleh karena :
1. Secara etimologi dapat dibuktikan bahwa kata Din
sama dengan Islam yang berarti patuh dan taat. Bahkan hadits Nabi saw.
menyatakan : Din adalah aqal, tidak ada Din bagi orang yang tidak ber-aqal.
Pernyataan Nabi ini dimaksudkan bahwa : kepatuhan dan ketaatan secara sempurna
akan muncul dari hasil pertimbangan antara akal dan hati.
2. Secara logika, dapat dibuktikan bahwa Islam
adalah satu-satunya agama yang mengandung ajaran penyerahan diri secara penuh
dan mutlak hanya kepada Allah melalui pernyataan ikrar la ilaha illa Allah
yang dimanifestasikan dalam bentuk amaliah. Oleh karena itu, logislah kalau
Allah hanya mengakui Islam satu-satunya agama yang benar.
3. Secara materi, Islam mencakup hablum min
Allah dan hablum min al-nas, sedangkan agama sebelumnya hanya
mencakup hablum min Allah saja. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah
agama yang paling lengkap dari agama-agama sebelumnya.
4. Secara historis, dibuktikan bahwa Islam
merupakan agama yang terakhir (akhir zaman) yang bertugas menggantikan agama
sebelumnya, yang masa berlakunya telah selesai dan telah diinterpolasi oleh
manusia. Kemudian Islam datang untuk mengadakan koreksi, pembetulan dan
penyempurnaan, sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Taubah (9) : 33
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ
رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ
وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Q.S. al-Shaf (61) :9
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ
رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ
وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Q.S. al-Fathu
(48) 28.
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ
رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ
وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا
5. Secara hukum Evolusi dapat dibuktikan, karena
hukum evolusi menyatakan bahwa sesuatu akan berkembang secara evolusi, dari
yang kurang sempurna menuju kepada yang lebih sempurna.
Menurut syekh Muhammad Abduh dalam kitabnya Risalah
al Tauhid dan Tafsir al-Manar, bahwa
wahyu dan kerasulan berkembang secara evolusi dan mencapai kesempurnaannya pada
wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai rasul terakhir, demikian
juga rasul, sejak Nabi Adam, telah berkembang secara evolusi, dan mencapai
puncaknya pada rasul Muhammad saw. Karena itu Islam sebagai agama terakhir,
mengandung wahyu yang paling sempurna, dan dibawa oleh rasul yang paling
sempurna pula.
Sedangkan secara terminologi, Islam mengandung dua
pengertian, yaitu pengertian Islam secara khusus dan pengertian Islam secara
umum.
a. Yang dimaksud Islam secara khusus ialah : din
(agama) yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. berdasarkan al-Qur’an dan
sunnahnya, dilengkapi dengah hasil ijtihad ulama, yang mengndung
perintah-perintah, larangan-larangan, serta petunjuk-petunjuk untuk kebahagian
dan kesejahteraan manusia, di dunia dan di akhirat.
b. Yang dimaksud Islam secara umum ialah : agama
yang disyari’atkan oleh Allah dengan perantaraan para Nabi dan Rasul-Nya, yang
mengandung perintah-perintah, larangan-larangan, serta petunjuk-petunjuk untuk
kebahagian dan kesejahteraan manusia, di dunia dan di akhirat.
Pengertian Islam secara umum tersebut, sejalan dengan
beberapa ayat al-Qur’an yang menegaskan bahwa agama Islam adalah agama para
Nabi dan Rasul Allah, sebagai contoh dapat dilihat berikut ini :
a. Islam adalah agama Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq,
Ya’qub dan sebagainya, sebagaiman
tercantum dalam Q.S. al-Haj (22) : 78
وَجَاهِدُوا
فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي
الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمْ
الْمُسْلِمينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ
وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ
وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلاَكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ
النَّصِيرُ
Q.S. al-Baqarah
(2) : 132
وَوَصَّى بِهَا
إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَابَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمْ
الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Q.S. Ali Imran
(3) : 67
مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ
يَهُودِيًّا وَلاَ نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنْ
الْمُشْرِكِينَ
al-Nisa (4) :
163.
إِنَّا
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ
بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ
وَيَعْقُوبَ وَاْلأَسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ
وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا
b. Islam adalah agama Nabi Yusuf, sebagaimana
tercantum dalam Q.S. Yusuf (12) : 101.
رَبِّ
قَدْ آتَيْتَنِي مِنْ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي مِنْ تَأْوِيلِ اْلأََحَادِيثِ
فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأََرْضِ أَنْتَ وَلِيِّ فِي الدُّنْيَا وَاْلآَخِرَةِ
تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
c. Islam adalah agama Nabi Sulaiman,
sebagaimanatercantum dalam Q.S. al-Naml (27) : 30-31.
إِنَّهُ مِنْ
سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِاِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيمِ(30)أَلاَّ
تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ(31)
d. Islam adalah agama Nabi Musa, sebagaiaman
tercantum dalam Q.S. al-Syura (42) : 13
شَرَعَ لَكُمْ مِنْ
الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا
بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى
e. Islam adalah agama Nabi Isa, sebagaimana
tercantum dalam Q.S. Ali Imran (3) : 52.
فَلَمَّا
أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمْ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ
الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا
مُسْلِمُونَ
Di
samping Islam sebagai agama para Nabi dan Rasul Allah, juga Islam merupakan
agama alam semesta. Semua alam semesta ini adalah muslim , dalam arti semuanya
tunduk dan patuh (aslama) terhadap Allah rab al-alamin, sebagaimana
tercantum dalam Q.s. Saba` (34) : 28
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
Q.s.
Ali Imran (3) : 83.
أَفَغَيْرَ
دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأََرْضِ
طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Islam mewajibkan kepada seluruh manusia untuk beriman
kepada para Nabi dan Rasul Allah serta kitab suci yang mereka bawa. Meyakini
Nabi Muhammad saw. sebagai Rasul terakhir, ajarannya mencakup seluruh agama
wahyu sebelumnya, kitab sucinya (al-Qur`an) merupakan gabungan dari semua kitab
suci agama wahyu sebelumnya, sebagaimana firman Allah dalam Q.s. al-Bayyinah
(98) : 2-3
رَسُولٌ مِنْ اللَّهِ يَتْلُوا صُحُفًا
مُطَهَّرَةً(2) فِيهَا كُتُبٌ
قَيِّمَةٌ (3)
Terjemahnya:
(yaitu) seorang
rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang
disucikan (al-Qur`an). Di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus.
Jumat, 01 Mei 2020
Kebutuhan Manusia terhadap Agama
Mengapa manusia butuh agama? adalah suatu pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab. Namun, kita melihat potensi-potensi yang dimiliki manusia, maka kita akan menemukan beberapa jawaban terhadp pertanyaan tersebut, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Manusia sebagai makhluk Allah memiliki banyak
kelebihan dibanding dengan makhluk yang yang lain; tetapi dibalik kelebihan
yang banyak itu, manusia juga tidak
luput dari banyak kekurangan, kelemahan dan kemampuan yang terbatas. Manusia
terbatas pada alam sekitarnya, warisan keturunan dan latar belakang
kebudayannya/hidupnya,; yang menyebabkan adanya perbedaan pandangan dalam
menghadapi suatu masalah, bahkan seringkali bertentangan antara satu dengan
yang lainnya.
Pandangan yang simpang siur tersebut
(subyektif) tidak akan dapat menimbulkan keyakinan atas kebenaran, tetapi
senantiasa diliputi oleh kabut keragu-raguan (dzanny), sehingga manusia
senantiasa gagal dalam menentukan kebenaran secara mutlak, ia tidak sanggup
menentukan kebaikan dan keburukan (haq dan batil), ia tidak dapat menentukan
nilai-nilai semua hal yang demikian itu adalah di luar bidang ilmu pengetahuan
manusia.
Untuk mengatasi ataupun memberikan solusi
terhadap kegagalan manusia sebagai akibat dari kelemahannya, itu maka
diperlukan agama/wahyu yang berasal dari luar manusia, yakni Allah swt. melalui
para Nabi dan Rasul-Nya. Hal ini dapat terjadi karena Allah swt. adalah Maha Sempurna,
sehingga wahyu yang diturunkan-Nya merupakan kebenaran mutlak dan bersifat
universal yang tak perlu diragukan lagi, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah (2) : 147
الْحَقُّ مِنْ
رَبِّكَ فَلاَ تَكُونَنَّ مِنْ الْمُمْتَرِينَ
Kebenaran itu
adalah berasal dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu meragukannya.
2. Dalam diri manusia terhadap hawa nafsu, yang
senantiasa mengajak manusia kepada kejahatan, apalagi kalau hawa nafsu tersebut
sudah dipengaruhi oleh syaitan/iblis yang senantiasa menyesatkan manusia dari
jalan yang benar. Jika manusia dapat mengalahkan pengaruh hawa nafsu dan
syaitan tersebut, maka ia akan lebih tinggi derajatnya daripada malaikat;
tetapi, jika ia mengikuti ajakan hawa nafsunya dan syaitan tersebut, maka ia
akan turun derajatnya lebih rendah daripada binatang.
Untuk mengatasi pengaruh hawa nafsu dan
syaitan itu, manusia harus memakai senjata agama (iman), karena hanya agama (imanlah)
yang dapat mengatasi dan mengendalikan hawa nafsu dan syaitan/iblis itu; sebab
agama merupakan sumber moral dan akhlak dalam Islam. Itulah sebabnya, missi
utama manusia, sebagaimana hadits beliau yang menyatakan: Hanya saja aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Melawan hawa nafsu dan syaitan adalah
jihad akbar, sebagaimana dikatakan oleh Nabi saw. sewaktu kembali dari perang
Badar: Kita kembali dari jihad (perang) yang paling kecil menuju jihad yang
paling besar, para sahabat bertanya: adakah perang yang lebih besar dari perang
ini ya Rasulullah? Nabi menjawaab : ada, yakni melawan hawa nafsu.
Di samping itu, ada hadits lain yang
mengatakan: Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga hawa nafsunya
semata-mata mengikuti agama Islam yang kaubawa.
3. Manusia dengan akalnya semata, tidak mampu
mengetahui alam metafisika, alam akhirat yang merupakan alam gaib, dan berada
di luar jangkauan akal manusia,
sebagaimana firmana Allah dalam Q.S. al-Nahl (27) : 65,
وَاللَّهُ أَنزَلَ مِنْ
السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ اْلأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَلِكَ
لآيَةً لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
Menurut Ibnu Khaldun dalam Mukaddimahnya,
bahwa akal manusia mempunyai batas-batas kemampuan tertentu, sehingga tidak
boleh melampaui batas dan wewenangnya. Oleh karena itu, banyak masalah yang
tidak mampu dipecahkan oleh akal manusia, terutama masalah alam gaib; dan di
sinilah perlunya agama/wahyu untuk meberikan jawaban terhadap segala masalah
gaib yang berada di luar jangkauan akal manusia. Di sinilah letak kebutuhan
manusia untuk mendapat bimbingan agama/wahyu, sehingga mampu mengatasi segala
persoalan hidupnya dengan baik dan menyakinkan.
4.
5. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
banyak memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia. Namun,
dibalik semuanya itu, kemajuan ilmu pengetahuann dan tekhnologi pula yang
banyak menimbulkan kecemasan dan ancaman keselamatan bagi umat manusia.
Berbagai konflik yang maha dahsyat terjadi diberbagai belahan dunia dewasa ini
merupakan dampak negatif dari pada kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
itu, dengan ilmu dan tekhnologi, manusia memproduksi senjata, namun dengan
senjata itu pula manusia banyak menjadi
korban. Di sinilah perlunya agama, karena hanya agama (iman) lah yang dapat mencegah agar ilmu dan tekhnologi
tersebut tidak berubah menjadi senjata makan tuan/pagar makan tanaman. Agamalah
yang mampu menjinakkan hati manusia yang
sesat, untuk berbuat baik kepada diri sendiri dan kepada orang lain.
Jadi,
ilmu dan agama harus bergandengan tangan, akal dan wahyu mesti sejalan, keduanya
merupakan anugerah Allah untuk manusia
karena itu Nabi saw. menyatakan : bahwa ilmu itu adalah jiwa dan
tiangnya agama Islam.
Barang siapa menghendaki dunia, maka hendaklah ia
berilmu pengetahuan, dan barang siapa menghendaki akhirat, maka hendaklah ia
berilmu pengetahuan, dan barang siapa menghendaki keduanya maka hendaklah ia
berilmu pengetahuan.
Hadis
tersebut terlihat betapa pentingnya ilmu pengetahuan dan agama itu untuk
kehidupan manusia; karena itu Allah berjanji untuk mengangkat derajat orang –
orang yang beriman dan sekaligus berilmu pengetahuan, sebagaimana firman Allah
dalam Q.S. al-Mujadalah (38) : 11:
... يَرْفَعْ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ...
Terjemahnya
:
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat ……
Dalam surah Fathir (35) : 28,
ditegaskan oleh Allah bahwa : hanya saja yang akan takut kepada Allah di antara
hambanya ialah hamba-Nya yang beriman dan berilmu pengetahuan.
(dari berbagai sumber)
Rabu, 01 April 2020
Peranan Agama dalam Kehidupan
Dalam kehidupan manusia, agama sangat penting adanya, karena itu, manusia sngat membutuhkan agama, terutama manusia modern yang hidup dalam era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1. Karena
agama merupakan sumber moral
2. Karena
agama merupakan petunjuk kebenaran
3. Karena
agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
4. Karena
agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di
kala duka.
Di
dalam kehidupan sosial, agama dapat menyediakan support (dukungan),
menghibur, mendamaikan kembali; menyediakan trancendental relationshif
(hubungan dengan yang gaib) melalui cult/worship (ibadah); dapat mensakralkan
norma-norma dan nilai-nilai yang sudah mapan yang sudah ada dalam masyarakat;
dapat menyediakan standar-standar dalam hal norma-norma yang sudah melembaga
itu diuji kembali secara kritis, dan memberikan perasaan identitas misalnya
identitas sebagai orang Kristen, identitas sebagai orang Islam dan sebagainya.
Kesemuanya itu terkait erat dengan pertumbuhan dan kematangan individu
penganutnya.
Minggu, 01 Maret 2020
Fungsi dan Tujuan Agama
Fungsi Agama
Telah diketahui bahwa manusia itu dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak mengetahui apa-apa, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Nahl (16) : 78:
وَاللَّهُ
أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ
لَكُمْ السَّمْعَ وَاْلأَبْصَارَ وَاْلأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka yang mensyukurinya.
Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya.
Godaan dan rayuan dari dalam diri manusia dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Godaan dan rayuan yang berusaha menarik manusia kedalam lingkungan kebaikan, yang menurut istilah. Al-Gazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin disebut dengan malak al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah/kebaikan.
2. Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan, yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan.
Di sinilah letaknya fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia ke jalan yang baik dan menghindarkannya dari kejahatan atau kemungkaran.
Tujuan Agama
a. Menegakkan kepercayaan manusia hanya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa (tauhid).
b. Mengatur kehidupan manusia di dunia, agar kehidupannya teratur dengan baik, sehingga dapat mencapai kesejahteraan hidup, lahir dan batin dunia dan akhirat.
c. Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.
d. Menyempurnakan akhlak yang mulia.
(dari berbagai sumber)
Sabtu, 01 Februari 2020
Pengertian Agama
Ada tiga istilah yang dikenal tentang agama, yaitu: agama, religi dan din.
Agama
Secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa Sangsekerta, yang berasal dari akar kata gam artinya pergi. Kemudian akar kata gam tersebut mendapat awalan a dan akhiran a, maka terbentuklah kata agama artinya jalan. Maksudnya, jalan untuk mencapai kebahagiaan.
Di samping itu, ada pendapat yang menyatakan bahwa kata agama berasal dari bahasa Sangsekerta yang akar katanya adalah a dan gama. A artinya tidak dan gama artinya kacau. Jadi, agama artinya tidak kacau atau teratur. Maksudnya, agama adalah peraturan yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan yang dihadapi dalam hidupnya, bahkan menjelang matinya.
Kata religi, religion dan religio, secara etimologi, menurut Winkler Prins dalam Algemene Encyclopaedie--mungkin sekali berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata religere atau religare yang berarti terikat, maka dimaksudkan bahwa setiap orang yang ber-religi adalah orang yang senantiasa merasa terikat dengan sesuatu yang dianggap suci. Kalau dikatakan berasal dari kata religere yang berarti berhati-hati, maka dimaksudkan bahwa orang yang ber-religi itu adalah orang yang senantiasa bersikap hati-hati dengan sesuatu yang dianggap suci.
Sedangkan secara terminologi, agama dan religi ialah suatu tata kepercayaan atas adanya yang Agung di luar manusia, dan suatu tata penyembahan kepada yang Agung tersebut, serta suatu tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan yang Agung, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam yang lain, sesuai dengan tata kepercayaan dan tata penyembahan tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pada agama dan religi terdapat empat unsur penting, yaitu:
- Tata pengakuan atau kepercayaan terhadap adanya Yang Agung,
- Tata hubungan atau tata penyembahan terhadap yang Agung itu dalam bentuk ritus, kultus dan pemujaan,
- Tata kaidah/doktrin, sehingga muncul balasan berupa kebahagiaan bagi yang berbuat baik/jujur, dan kesengsaraan bagi yang berbuat buruk/jahat,
- Tata sikap terhadap dunia, yang menghadapi dunia ini kadang-kadang sangat terpengaruh (involved) sebagaimana golongan materialisme atau menyingkir/menjauhi/uzlah (isolated) dari dunia, sebagaimana golongan spiritualisme.
al-Dien/ad-Dien
Kata din secara etimologi berasal dari bahasa Arab, artinya: patuh dan taat, undang-undang, peraturan dan hari kemudian. Maksudnya, orang yang berdin ialah orang yang patuh dan taat terhadap peraturan dan undang-undang Allah untuk mendapatkan kebahagiaan di hari kemudian.
Oleh karena itu, dalam din terdapat empat unsur penting, yaitu:
- Tata pengakuan terhadap adanya Yang Agung dalam bentuk iman kepada Allah Tata hubungan terhadap Yang Agung tersebut dalam bentuk ibadah kepada Allah.
- Tata kaidah/doktrin yang mengatur tata pengakuan dan tata penyembahan tersebut yang terdapat dalam al-Qur`an dan Sunnah Nabi.
- Tata sikap terhadap dunia dalam bentuk taqwa, yakni mempergunakan dunia sebagai jenjang untuk mencapai kebahagiaan akhirat.
- Sedangkan menurut terminologi, din adalah peraturan Tuhan yang membimbing manusia yang berakal dengan kehendaknya sendiri untuk kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Berdasarkan pengertian din tersebut, maka din itu memiliki empat ciri, yaitu:
- Din adalah peraturan Tuhan,
- Din hanya diperuntukkan bagi manusia yang berakal, sesuai hadis Nabi yang berbunyi: al-din huwa al-aqlu la dina liman la aqla lahu, artinya: agama ialah akal tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal.
- Din harus dipeluk atas dasar kehendak sendiri, firman Allah: la ikraha fi al-din, artinya: tidak ada paksaaan untuk memeluk din (agama).
- Din bertujuan rangkap, yakni kebahagiaan dan kesejahteraan dunia akhirat.
Rabu, 01 Januari 2020
Pembagian dan Ciri-ciri agama
Pembagian Agama
Dilihat dari segi sumbernya, maka agama secara keseluruhan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
- Agama wahyu (agama samawi) yaitu : agama yang berasal dari Allah, disampaikan kepada manusia melalui para Nabi dan Rasul-Nya.
- Agama Budaya (agama wadh’i), yaitu agama yang bersumberkan pada hasil pemikiran manusaia dalam membuat respos terhadap tantangan alam melalui upacara-upacara tertentu.
Ciri-ciri agama wahyu adalah :
- Secara pasti dapat diketahui kapan lahirnya, sesuai dengan kehadiran nabi/Rasul yang membawanya.
- Disampaikan oleh seorang manusia yang dipilih oleh Allah sebagai Nabi/Rasul-Nya.
- Memiliki kitab suci sebagai pedoman yang bersih dari campur tangan manusia.
- Ajarannya serba tetap, tetapi tafsirannya dapat berubah sesuai dengan kecerdasan dan kepekaan penganutnya.
- Konsep ketuhanannya adalah tauhid (Monoteisme mutlak)
- Kebenarannya bersfat universal, yaitu berlaku bagi setiap manusia, masa dan keadaan.
Ciri-ciri agama budaya adalah :
- Tumbuh secara kumalatif dalam masyarakat penganutnya.
- Tidak disampaikan oleh seorang Nabi/Rasul Allah.
- Umumnya tidak memiliki kitab suci, kalaupun ada, akan mengalami perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarahnya.
- Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal fikiran masyarakatnya (penganutnya),
- Konsep ketuhanan adalah dinamisme, animisme, politeisme, honoteisme dan paling tinggi monoteisme nisbi.
- Kebenaran ajarannya tidak universal, yaitu tidak berlaku bagi setiap manusia, masa dan keadaan.
Selasa, 17 Desember 2019
Maccera Manu di Desa Meli, Tamat Mengaji
Senin, 02 Desember 2019
Studi Islam
Dirasah Islamiyah atau Studi Keislaman (Islamic Studies), secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Dengan perkataan lain usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik ajaran-ajarannya, sejarahnya mapun praktek-praktek pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Usaha mempelajari agama Islam tersebut kenyataannya bukan hanya dilaksanakan oleh kalangan umat Islam saja, melainkan juga dilaksanakan oleh orang-orang di luar kalangan umat Islam. Studi ke-Islaman di kalangan umat Islam sendiri tentunya mempunyai tujuan yang berbeda-beda dengan tujuan studi Keislaman yang dilakukan oleh orang-orang di luar kalangan umat Islam. Di kalangan umat Islam, studi Ke-Islaman bertujuan untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkannya secara benar, serta menjadikannya sebagai pegangan dan pedoman hidup (way of life). Sedangkan di luar kalangan umat Islam, studi Ke-Islaman bertujuan untuk mempelajari seluk beluk agama dan praktek-praktek keagamaan yang berlaku di kalangan umat Islam, yang semata-mata sebagai ilmu pengetahuan. Namun sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya, maka ilmu pengetahuan tentang seluk beluk agama dan praktek-praktek keagamaan Islam tersebut bisa dimanfaatkan atau digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.
Para ahli studi ke-Islaman di luar kalangan umat Islam tersebut dikenal sebagai kaum orientalis, yaitu orang-orang Barat yang mengadakan studi tentang dunia Timur, termasuk di dalamnya dunia Islam. Dalam prakteknya studi ke-Islaman yang dilakukan oleh mereka, terutama masa awal-awal mereka mengadakan studi tentang Islam, lebih mengarahkan dan menekankan pada pengetahuan tentang kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan ajaran agama Islam dan praktek-praktek pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan-sehari-hari umat Islam. Namun demikian, banyak juga diantara para orientalis yang memberikan pandangan-pandangan yang obyektif dan bersifat ilmiah terhadap agama Islam dan umatnya. Tentu saja pandangan-pandangan yang demikian itu akan bisa bermanfaat bagi pengembangan studi ke-Islaman di kalangan umat Islam sendiri.
Kenyataan sejarah menunjukkan (terutama setelah “masa keemasan Islam” dan umat Islam sudah memasuki “masa kemunduruannya”) bahwa pendekatan studi ke-Islaman yang mendominasi kalangan ulama Islam lebih cenderung bersifat subyektif, apologis dan doktriner, serta menutup diri terhadap pendekatan yang dilakukan oleh kalangan luar Islam yang bersifat obyektif dan rasional. Dengan pendekatan subyektif apologis dan doktriner tersebut, ajaran agama Islam yang sumber dasarnya adalah al-Qur'an dan al-Sunnah yang pada dasarnya bersifat rasional dan adaptif terhadap tuntutan perubahan dan perkembangan zaman – telah berkembang menjadi ajaran-ajaran yang baku dan kaku serta tabu terhadap sentuhan-sentuhan akal/rasional dan tuntutan perubahan dan perkembangan zaman. Bahkan kehidupan keagamaan serta sosial budaya umat Islam terkesan mandeg, membeku dan ketinggalan zaman. Dan celakanya, keadaan yang demikian inilah yang menjadi sasaran atau obyek studi dari kaum orientalist dalam studi keIslamannya. Dengan pendekatan yang bersifat obyektif rasional atau pendekatan ilmiah, mereka mendapatkan kenyataan-kenyataan bahwa ajaran agama Islam sebagaimana yang nampak dalam fenomena dan praktek umatnya ternyata tidak rasional dan tidak mampu menjawab tantangan zaman.
Dengan adanya kontak budaya modern dengan budaya Islam, mendorong para ulama tersebut untuk bersikap obyektif dan terbuka terhadap pandangan dari luar, yang pada gilirannya pendekatan ilmiah yang bersifat rasional dan obyektif pun memasuki dunia Islam, termasuk pula dalam studi keIslaman di kalangan umat Islam sendiri. Dengan masuknya pendekatan tersebut, maka studi keIslaman semakin berkembang dan menjadi sangat relevan dan dibutuhkan oleh umat Islam, terutama dalam menghadapi tantangan dunia modern yang semakin canggih dan era globalisasi saat ini. (dari berbagai sumber)