Rabu, 01 Juli 2020

Karakteristik Agama Islam

Islam menjadi agama yang paling istimewa dibanding dengan agama-agama yang lain, oleh karena ia memiliki karakteristik (ciri khas) sebagai berikut:

1.  Islam adalah agama fitrah.  Maksudnya, adalah agama yang sesuai dengan naluri manusia, pembawaan sejak lahir manusia, kodrat manusia atau sifat asli manusia. Atau dengan kata lain, Islam adalah agama yang manusiawi.

2.  Islam adalah agama tauhid. Maksudnya, agama yang berlandaskan atas aqidah yang murni, yaitu ke-Esaan Allah secara mutlak sebagai pangkal  tolak dari seluruh pengamalan ajarannya. Itulah sebabnya, Islam senantiasa berusaha memurnikan dirinya dari unsur-unsur luar, yakni syirik (politeisme),  sebagaimana  tercantum  dalam  Q. s.  al-Bayyinah  (98) :4.  وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلاَّ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمْ الْبَيِّنَةُ Islam menolak segala bentuk penyembahan terhadap selain Allah – la ma`buda illa Allah.

3.   Islam adalah agama hanif (up right). Yakni agama yang penganutnya harus tinggi budi pekertinya, lurus hatinya dan senantiasa cenderung untuk berbuat kebaikan (amal saleh).

4.   Islam adalah agama yang mudah/ringan. Tidak ada alasan bagi seorang muslim (siapapun) untuk bermalas-malas mengamalkan ajaran Islam, karena Islam bukanlah agama yang berat atau kejam. Firman Allah yang artinya: Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu (Q.s. al-Baqarah (2) : 185).

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمْ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمْ الْعُسْرَ

      Itulah sebabnya dalam agama Islam terdapat hukum rukhsah (keringanan atau dispensasi) yang sengaja diberikan oleh Allah kepada setiap muslim yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan ajaran Islam. Misalya, bagi muslim musafir dibolehkan menjamak dan mengqashar shalat, dibolehkan berbuka puasa; dan sebagainya.

5.   Islam adalah agama yang moderat. Maksudnya, agama yang sedang, agama yang lunak atau tengah-tengah, yaitu tengah-tengah di antara dua faham yang ekstrim, baik ekstrim terlalu keras, maupun ekstrim terlalu lunak. Sebagai contoh: orang Yahudi sangat membenci Nabi Isa dan menganggapnya anak haram karena ia lahir tanpa bapak; ibu nabi Isa (Maryam) dituduh menyeleweng. Sebaliknya, orang Nasrani sangat mencintai nabi Isa dan menyakininya sebagai Tuhan (Tuhan anak) sebagai salah satu oknum dari Trinitas (Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Ruh Kudus). Sedangkan Islam mengambil jalan tengah, dan menolak kedua pandangan yang bertentangan secara ekstrim tersebut; kelahiran nabi Isa tanpa ayah hanyalah bukti kekuasaan Allah semata, sama halnya dengan terjadinya nabi Adam tanpa ibu dan ayah. Nabi Isa tidak lebih dari seorang nabi dan rasul-rasul Allah yang lain. Atas pandangan itulah, maka umat Islam disebut ummatan wasathan yaitu umat penengah, sebagai tercantum dalam Q.s. al-Baqarah (2) :143.

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

6.   Islam adalah agama rasional. Maksudnya agama yang dapat diterima oleh akal. Dalam hubungan ini, ajaran Islam dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

      a.   Ajaran Islam yang ma`qul artinya ajaran yang rasional (dapat diterima oleh akal). Contohnya: Tuhan itu satu, seseorang tidak menanggung dosa orang lain, dan sebagainya.

      b.   Ajaran Islam yang ghairu ma`qul yaitu ajaran yang di luar jangkauan akal. Contohnya: rakaat shalat yang berbeda-beda, hakekat zat Allah, mencium hajar aswad, dan sebagainya.  

7.   Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan Islam, sekurang-kurangnya ditandai oleh adanya tiga keyataan:

      a.   Islam menghimpun semua kebenaran yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul Allah yang pernah lahir. Pokok-pokok ajaran Taurat, Zabur dan Injil, semuanya tercantum dalam al-Qur`an.

      b.   Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya (termasuk dirinya sendiri), bahkan mengatur hubungan manusia dengan seluruh makhluknya yang lain.

      c.   Adanya pengakuan dari Allah, bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan Dia sendiri yang menyempurnakannya, sebagaimana tercantum dalam Q.s. al-Maidah (5):3.

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمْ اْلإِسْلاَمَ دِينًا

 

 

(dari berbagai sumber)